JAKARTA (gemaislam) –
Pro dan kontra terjadi dalam tubuh Salafiyin dalam menyikapi Pilpres
Juli mendatang. Para da’i alumni Timur Tengah sebagian besar
menganjurkan kepada jama’ahnya agar menggunakan hak pilihnya.
Sedangkan sebagian da’i yang lain masih
tetap teguh kepada pendirian bahwa Pemilu adalah bagian dari Demokrasi
dan demokrasi adalah haram, tak boleh turut menggunakan hak suara dalam
kondisi apapun.
Ilham Tabrani, seorang da’i Salafi yang
kontra nyoblos menyampaikan ‘pencerahan-pencerahannya’ lewat akun
Facebook pribadinya. Pria asal Bekasi itu menulis dengan gaya bahasa
pelan tapi menusuk. Dia samakan Ikhwan Salafi yang turut serta dalam
Pemilu saat ini dengan Tukang Ramal Kagetan.
“Serba serbi haramnya demokrasi memang
unik, setelah munculnya jurkam kagetan. Kini giliran muncul Tukang Ramal
Kagetan,” kata Ilham dalam status Facebooknya, Kamis (22/5/2014).
Ilham menganggap kekhawatiran tokoh
Syi’ah menduduki jabatan Menteri Agama adalah sebuah ramalan. “Salah
satu ramalan yang sering diramalkan adalah Jalaluddin Rahmat akan jadi
Menteri Agama,” ujarnya.
Menurutnya, melawan Syiah memang wajib,
tapi jangan membuat jadi tukang ramal. Hal itu dianggap sebagai
penghancur aqidah. “Pemilu menghancurkan sendi sendi aqidah,” terangnya.
Selain menjuluki tukang ramal, Ilham
mengaitkan Pemilu dengan ilmu pelet. “Pelet adalah bagian dari sihir
yang mempengaruhi pikiran korbannya. Kejahatan pelet biasanya terjadi
dalam dunia asmara. Kadang yang dipelet wanita, kadang yang dipelet laki
laki,” paparnya.
Tanpa ragu-ragu, pria yang aktif mengisi
kajian Islam di Jabodetabek itu menuduh ikhwan pro nyoblos dengan
sebutan polos. “Karena umumnya masyarakat yang jadi target korbannya
masih terlalu polos,” tegasnya.
Ilham menggambarkan alasan dianjurkannya
menggunakan hak pilih adalah sebuah mantra demokrasi. “Kalau tidak
nyoblos nanti yang mimpin orang kafir, kalau golput nanti kaum sekular
yang berkuasa, kalo diam saja nanti Jalaluddin Rahmat jadi menteri
agama, kalo ndak ikut, akan menimbulkan mudharat yg besar, kalo masih
pasif, nanti syiah akan berkuasa, dan indonesia akan jadi seperti di
suriah,” ungkapnya.
Pria yang lama duduk di majlis hadits
pekanan masjid Al Mubarok Krukut ini mengibaratkan ikhwan pro nyoblos
seperti Kabayan yang jadi korban pelet. “Akhirnya Kabayan menjadi korban
pelet demokrasi,” ujarnya.
Selain memberi julukan tukang ramal
dadakan dan Kabayan kena Pelet, dia juga menyindir Mental Tempe bagi
asatidz dan ikhwan yang menganjurkan menggunakan hak pilih dalam Pemilu.
Akibat dari sindiran-sindiran ini,
terjadi diskusi panjang antar aktifis Salafi dunia maya, yang pro maupun
kontra, keduanya tetap teguh pada pendiriannya.
Seorang Blogger dan aktifis Salafi dunia
maya, Dony Arif Wibowo, terpancing berkomentar atas ramainya diskusi
terebut. Meski menggunakan kalimat yang tidak terlalu jelas, tapi
arahnya terlihat bahwa apa yang dia tulis adalah untuk menjawab
tuduhan-tuduhan seperti tukang ramal, Kabayan kena pelet dan mental
tempe.
“Mengkhawatirkan timbulnya mafsadat yang
mungkin datang dari satu keputusan, bukan dinamakan bermental tempe.
Ngamuk asal sruduk seperti kerbau yang kupingnya kemasukan jangkrik
bukan juga disebut pemberani,” tulis Dony dalam status Facebooknya, Ahad
(25/5/2014).
Dony memaparkan, betapa dulu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sering berdiskusi dengan para shahabat tentang taktik berperang agar menang dan tidak kalah.
“Tahukah Anda, dulu pasukan Khaalid bin
Walid saat pertempuran Mu'tah pun mundur untuk menghindari kebinasaan
dan jatuhnya korban lebih banyak?. Ini adalah keputusan cerdas dari
Khalid bin Walid. Saat banyak orang yang mencibir keputusan Khalid
dengan mengatakannya sebagai pengecut, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda ‘Mereka bukanlah pengecut. Akan tetapi mereka akan kembali lagi (untuk bertempur) insya Allah,” kata Dony. (bms)
http://gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/2428-da-i-salafi-anjurkan-nyoblos-diberi-gelar-tukang-ramal-hingga-mental-tempe
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.